Peristiwadi Balik Hijrah Rasulullah. Rabu, 20 September 2017 | 11:03 WIB. Hijrah pengertiannya secara etimologis adalah meninggalkan suatu perbuatan, menjauhkan diri dari pergaulan, pindah dari satu tempat ke tempat lain atau meninggalkan suatu daerah menuju daerah lain, misalnya berpindahnya orang Badui (penduduk padang pasir) menuju ke kota PeristiwaHijrah Dijadikan Dasar Permulaan Tahun Baru Islam Tahun Hijrah. Khalifah Umar bin Khattab menetapkan bahwa pergantian tahun Islam dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw. dari Mekah ke Yatsrib. Khalifah menetapkan dan memutuskan dengan persetujuan sahabat-sahabat Rasulullah Saw. pada waktu itu bahwa permulaan pergantiannya LihatSuwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hlm.6. 10 f Dinamika Pendidikan Islam Perspektif Historis kehancuran Baghdad. (2). Periode pertengahan (sejak tahun 1250 - 1800 M); sejak Baghdad hancur hingga munculnya ide- ide pembaruan di Mesir. (3). 26 Berikut strategi dakwah yang dijalankan Rasullah saw pada periode Madinah, kecuali a. Dakwah dengan mendirikan masjid. b. Dakwah dengan perjanjian dan bai'at. c. Dakwah dengan pemaksaan. d. Dakwah dengan korespondensi dan utusan dengan raja-raja. Jawaban : C. 27. Berikut hikmah di balik peristiwa hijrah ke Madinah, kecuali. a. 8 Wahyu Hijrah berlaku apabila Nabi menerima wahyu dari Allah yang mengizinkan orang Islam berhijrah. Wahyu tersebut ialah ayat 30, Surah al-Anfal. Ayat tersebut mengingatkan Nabi tentang pakatan yang dilakukan oleh orang musyirikin Mekah terhadap Nabi. Wahyu ini menggesa Nabi supaya segera berhijrah ke Madinah. Reportan issue. Q. Perhatikan urutan peristiwa berikut. 1). Rasulullah Saw. berpesan kepada Ali bin Abi Thalib untuk menjaga rumahnya. 2). Umat Islam berangkat terlebih dahulu untuk hijrah ke Madinah. 3). Rasulullah Saw. dan rombongan tiba di kota Madinah. Permintaanitu mereka sampaikan pada peristiwa Baiat al-Aqabah. Baik pada Baiat Aqabah Pertama maupun Kedua. Oleh karena itu Rasulullah Saw. memerintahkan kaum Muslimin agar segera hijrah ke Yatsrib. Sebanyak 75 orang penduduk Yatsrib sedang berbaiat di hadapan Rasulullah Saw di desa Aqabah dan meminta beliau untuk berhijrah ke Yatsrib. PeristiwaIsra' terjadi pada tahun ketika Rasulullah mendapatkan wahyu pertama. Ini merupakan pendapat Ath Thabari. 2. Isra miraj terjadi lima tahun setelah Rasulullah menjadi Nabi. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Imam An Nawawi dan Al Qurthubi. 3. Isra miraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 kenabian. w0b8. Nabi Muhammad, para sahabat, dan kaum Muslim hijrah dari Mekkah ke Madinah Yatsrib pada 622 M. Peristiwa ini jadi amat penting dan merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah Islam. Bukan untuk rekreasi, Nabi Muhammad meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah untuk memenuhi perintah-Nya dalam menegakkan agama berasal dari bahasa Arab hajara-yahjuru yang berarti meninggalkan negeri asal atau berimigrasi. Dalam konteks peristiwa hijrah Nabi Muhammad, hal ini berarti berpindahnya keluar Nabi Muhammad, para sahabatnya, dan kaum Muslimin dari Mekkah menuju suasana di Kota Makkah, Arab Saudi IDN Times/Umi Kalsum Perjalanan dakwah Nabi Muhammad tidak selalu berjalan mulus. Kaum Quraisy melakukan berbagai cara untuk menghalangi dakwah Nabi Muhammad di Mekkah. Bahkan, mereka juga berniat untuk membunuh Nabi Muhammad dan gak selalu "gak berjalan mulus", dakwah Nabi Muhammad di Mekkah tetap membuahkan hasil. Pasalnya, pada tahun 620 M, ada 6 orang dari Kabilah Khazraj, kaum Yatsrib yang sedang berziarah. Mereka menyatakan masuk Islam dan menyambut baik ajakan Nabi Muhammad. Nantinya, mereka inilah yang akan memberitahu kepada masyarakat Madinah mengenai adanya ajaran Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah adalah adanya perintah Allah SWT. Hal ini seperti dilansir dari Ibnu Abbas, ia berkata, كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِمَكَّةَ ثُمَّ أُمِرَ بِالْهِجْرَةِ فَنَزَلَتْ عَلَيْهِ وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِى مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا Artinya “Nabi shallallahu alaihi wa sallam dahulunya di Mekkah dan beliau diperintahkan untuk berhijrah, lantas turunlah ayat yang artinya, 'Dan katakanlah 'Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah pula aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong' QS. Al Isra’ 80.” HR. Tirmidzi no. 3139 dan Ahmad 1 223. Imam Tirmidzi dan Al Hakim mensahihkan hadis ini, juga disetujui oleh Adz Dzahabi. Peristiwa hijrah ini terlaksana setelah Nabi Muhammad mengetahui niat kaum Quraisy yang akan membunuhnya. Niat keji tersebut muncul saat kaum Quraisy mendengar rencana Nabi Muhammad yang memerintah sahabat untuk hijrah ke Madinah setelah perjanjian Aqabah I dan Aqabah II. Saat itu, banyak orang-orang Yatsrib yang memeluk Islam, ditandai dengan dua perjanjian hijrah Nabi Muhammad pun cukup dramatis. Ali bin Abi Thalib diberitahu Nabi Muhammad untuk berbaring di tempat tidur, menggantikan Nabi Muhammad sambil mengenakan selimut, dengan keyakinan bahwa Allah SWT akan menjaga Ali. Lantas, kaum Quraisy yang sudah mengepung rumah Nabi Muhammad justru mendapati Ali, bukan Nabi Muhammad. Dengan izin Allah, Nabi Muhammad berhasil selamat dari pengepungan, meski pemuda Quraisy merasa kecewa karena nafsunya untuk membunuh Nabi Muhammad telah gagal. Baca Juga Hukum Badal Haji untuk Orang yang Sudah Meninggal 2. Nabi Muhammad sampai di Madinah, mulai membangun pemerintahan Islam Kota Madinah. IDN Times/Uni Lubis Setelah 13 tahun berdakwah di Mekkah, Nabi Muhammad berhasil hijrah menuju Madinah bersama para sahabat dan kaum Muslimin lainnya untuk menegakkan ajaran Islam. Namun, perjuangan Nabi Muhammad hingga tiba di Madinah tidak mudah. Beberapa tempat yang Nabi Muhammad singgahi sebelum sampai di Madinah di antaranya Gua Tsur dan desa hijrah Nabi Muhammad SAW menuju Madinah disambut hangat oleh masyarakat Madinah. Seluruh kaum Anshar menunggu dan menyambutnya. Mereka sangat menantikannya. Gelar kaum Anshar diberikan langsung oleh Nabi Muhammad kepada masyarakat Madinah saat itu, sedangkan kaum Muslimin yang ikut Nabi Muhammad hijrah ke Madinah disebut kaum Muhajirin. Menurut bahasa, anshar adalah 'orang-orang yang menolong'. Saat di Madinah, Nabi Muhammad mulai menyusun dan melaksanakan beberapa strategi sebagai bagian dari dakwahnya. Dilansir buku Sirah Nabawiyah karya Zulyadain dan Fitrah 2021, beberapa hal yang dilakukan Nabi Muhammad dalam membentuk masyarakat Islam di Madinah, yakni Mendirikan masjid. Membuat perjanjian, yakni Piagam Madinah. Piagam ini bertujuan untuk mengatur kehidupan bersama di Madinah yang berisi penduduk Muslim maupun non-Muslim. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar dengan menikahkan kalangan Muhajirin dengan kalangan Anshar. 3. Hikmah hijrahnya Nabi Muhammadilustrasi Nabi Muhammad SAW IDN Times/Aditya Pratama Peristiwa hijrah Nabi Muhammad menuju Madinah memiliki hikmah yang sangat besar. Bahkan, umat Muslim yang hidup kini merasakan dampaknya. Salah satunya dengan adanya kalender tahun Hijrah dimulai sejak masa Umar bin Khattab memimpin dan tahun pertamanya adalah saat Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah menuju Madinah. Dilansir salah satu manfaat berkalender Hijriah berarti kamu bisa dengan mudah mengetahui waktu-waktu ibadah, misalnya tentang pelaksanaan ibadah hanya bisa meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, hingga kini kamu juga bisa menikmati rezeki yang tiada tara, yakni ilmu tentang Islam yang ditegakkan oleh Nabi Muhammad. Peristiwa hijrah ini juga menjadi pertanda didirikannya masjid pertama sebagai tempat peribadatan dan kegiatan kaum Muslimin, yakni Masjid Quba. Selain itu, pemerintahan Islam yang dibangun Nabi Muhammad juga kerap sebagai percontohan di masa berat karena harus mengorbankan banyak hal, Nabi Muhammad SAW tetap semangat untuk menegakkan agama Islam dengan berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Semoga dengan mengetahui kisah hijrah Nabi Muhammad SAW ini, umat Muslim senantiasa dapat terus beriman kepada Allah SWT. Penulis Fanny Haristianti Baca Juga Doa Hari Arafah yang Wajib Dibaca saat Pergi Haji! Sejak Rasullullah Saw dan para sahabat melakukan dakwah secara terang-terangan, terjadilah penganiayaan, ancaman dan tekanan dari kaum kafir Mekah. Sehingga beliau mencari perlindungan dan jaminan keamanan ke luar Mekah. Situasi dan kondisi Mekah semakin sulit untuk berdakwah dan tak ada jaminan keamanan diri. Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat untuk berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Thaif dan terakhir ke penyebab hijrahnya Rasulullah dan para sahabat1. Cobaan dan TekananPerkataan Bilal ketika sedang berada dalam hijrahnya di Madinah. Ia berdoa, "Ya Allah, laknatilah Syaibah Ibn Rabi'ah, Utbah Ibn Rabi'ah, dan Umayyah ibn Khalaf karena mereka telah mengusir kami dari negeri yang penuh dengan penyakit.."Keterangan Aisyah tentang beberapa penyebab hijrah ayahandanya, Abu Bakar ke Madinah. Ia mengatakan, "Rasulullah mengizinkan Abu Bakar untuk keluar dari Mekah ketika tekanan dan penindasan kepadanya semakin keras."Faktor itu pula yang menyebabkan Abu Bakar dan kaum muslim hijrah ke Habasyah. Hal ini tersirat dari perkataan Aisyah "Ketika kaum muslim sering ditimpa berbagai cobaan, Abu Bakar keluar dari Mekah menuju Habasyah..."2. Adanya Jaminan Keamanan Bagi Kelangsungan Dakwah IslamFaktor ini dapat dipahami dari beberapa pasal Baiat Aqabah II yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Jabir. 3. Pendustaan Kaum Quraisy terhadap Muhammad dan AjarannyaPara pembesar Quraisy dan kaumnya selalu mendustakan Rasulullah dan memaksa beliau mendakwahkan ajarannya kepada kaum muslim yang mau mempercayainya. Misalnya Sa'ad ibn Mua'adz melukiskan fakta ini dengan berkata, "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui, tidak ada satu orang pun yang tak ingin berjuang melawan orang-orang yang mendustakan dan mengusir Rasul-Mu."4. Kekhawatiran akan Terjadinya Petaka bagi AgamaHal ini terlihat jelas pada jawaban Aisyah ketika ditanya tentang hijrah. Ia berkata, "Kaum beriman lari dengan membawa agamanya kepada Allah dan rasul-Nya karena takut terjadi bencana terhadap Diizinkannya Kaum Muslim untuk BerperangHal ini disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Ia mengatakan bahwa firman Allah, "Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi..."QS. Al Hajj 39-41 adalah ayat pertama yang diturunkan untuk mengizinkan kaum muslim melawan orang-orang yang memerangi mereka. Pendapat ini diikuti oleh Ibnu Abbas dan para ulama lain. Peperangan yang dilakukan kaum muslim hanya untuk mencari ridho Allah semata. Itu sebabnya mereka rela dan siap menanggung penderitaan fisik maupun mental dan meninggalkan sanak saudara, keluarga dan negeri yang pertama hijrah ke Madinah menurut penuturan Al Bukhari, adalah Mush'ab ibn Umair dan Abdullah ibn Ummi Maktum. Sedangkan menurut Ibnu Ishaq dan Ibnu Sa'ad, orang yang pertama berhijrah ke Madinah adalah Abu Salamah ibn Abdil Asad. Namun demikian, Ibnu Hajar mengatakan bahwa kedua hadis tersebut dapat diselaraskan maknanya atas dasar prioritas atau nilai dari maksud hijrah kedua sahabat tersebut. Abu Salamah hijrah ke Madinah bukan bertujuan untuk menetap di sana, sedangkan Mush'ab melakukannya untuk menetap dalam rangka melaksanakan amanah dari Rasulullah untuk mengajar kaum muslim Madinah tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ajaran hijrah Rasulullah dan para sahabat ke Madinah1. Rasulullah Saw menegaskan dalam khutbahnya saat penaklukan Mekah tidak akan ada lagi perintah hijrah. Adapun yang tetap diwajibkan dari perintah itu adalah semangat perjuangan jihad dan niatnya. Artinya hijrah dari Mekah ke Madinah sudah tidak lagi diwajibkan dan yang masih wajib dari hijrah ini sampai hari Kiamat kelak hanya spiritnya, yaitu berpindah dari negara kafir ke negara kaum muslim. Pasalnya gak diwajibkan hijrah ke Madinah pada kaum muslim Mekah saat itu agar mereka dapat beribadah kepada Allah dengan aman, membangun dan memelihara negara Islam yang berdaulat kemudian memperluas wilayah negara baru ini dengan berdakwah. Hijrah setelah fath Mekah sudah tidak diperlukan lagi karena kekuatan Islam telah kokoh. Disamping itu kaum muslim telah memiliki negara sendiri yang memungkinkan mereka untuk beribadah dengan aman dan bebas menjalankan dakwah ke seluruh penjuru Rasulullah Saw tetap menggunakan beragam cara, siasat dan upaya yang muncul dari pemikiran akalnya untuk memperlancar pelaksanaan dakwah. Namun bukan semata-mata karena takut tertangkap kaum musyrik. Semua itu beliau lakukan untuk memberi contoh pada umatnya yakni berikhtiar dan melakukan berbagai cara yang diperlukan untuk meraih tujuan atau keberhasilan. Dari sini beliau juga ingin mengajarkan bahwa sunnatullah menetapkan terjadinya sesuatu karena adanya upaya atau ikhtiar. Lain halnya bila Allah telah menghendaki. Dalam hal ini sesuatu bisa terjadi tanpa melalui upaya manusia seperti ketika api yang membakar Ibrahim dirasakan dingin saja oleh beliau. Yang demikian merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada para nabinya. 3. Kesediaan Ali ibn Abi Thalib untuk tidur di pembaringan Rasulullah pada malam beliau hijrah tak lain merupakan suatu tindakan luhur yang membuktikan besarnya keimanan dan keberaniannya. Peristiwa ini juga mengisyaratkan kaum muslim diperbolehkan melakukan tipu daya terhadap musuh sebagai bentuk ikhtiar dan menyelamatkan Tercatat nama beberapa anak muda yang berperan penting dalam pelaksanaan hijrah Rasulullah ini. Mereka adalah Ali ibn Abi Thalib dan putri-putri Abu Bakar Peran-peran seperti inilah yang layak diteladani generasi muda Islam saat Karakter dari beberapa mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada RasulNya untuk melindungi dan mengiringi perjalanan hijrah beliau saat itu masih seperti mukjizat beliau lainnya, yaitu sebagai penghormatan Allah kepada NabiNya. Di sisi lain, sejumlah mukjizat juga mengisyaratkan bahwa Allah adalah penolong beliau dan Zat yang memenangkan agamaNya di muka bumi ini cepat atau Peran yang dijalankan Abu Bakar dalam hijrah merupakan jasa besar yang sangat dihargai oleh Allah. Maka dari itu wajar jika Allah memuliakannya dalam firmanNya, " Jikalau tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya. Yaitu orang-orang kafir musrikin Mekah mengeluarkannya dari Mekah, sedang dia salah satu dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, "Janganlah berdukacita, sesungguhnya Allah bersama kita".QS. At Taubah 407. Abu Ayub dan istrinya selalu berusaha mendapatkan berkah dari sisa makanan Rasulullah. Disisi lain Rasulullah tak melarang keduanya. Fakta ini mengisyaratkan kepada kita untuk mencari berkah dari sisa-sisa atau peninggalan-peninggalan Rasullullah apabila masih Seluruh sikap dan perlakuan Abu Ayyub dan Ummu Ayyub terhadap Rasulullah merupakan gambaran besarnya cinta para sahabat kepada beliau. Fenomena seperti ini sangat banyak dijumpai dalam biografi para sahabat.[]Sumber Biografi Rasulullah, Dr. Mahdi Rizkullah AhmadOleh Nanik Farida Priatmaja Ulasan mengenai perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dan hikmah yang bisa dipetik dari perjalanan mulia tersebut. – Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan kejadian yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab, dalam perjalanan inilah nilai-nilai aqidah umat Islam diperjuangkan dan mulai dirintisnya masyarakat Islam yang berdaulat di kota Madinah. Berikut ini penelusuran lebih lanjut peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW 1. Makna Hijrah Nabi Muhammad SAW Ilustrasi kota Madinah tempo dulu Foto Republika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi hijrah dalam bentuk nominal berarti perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah. Sedangkan dalam bentuk verbal, hijrah berarti berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu keselamatan, kebaikan, dan sebagainya. Dalam sudut pandang Islam, hijrah tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan tempat semata, melainkan juga dipahami sebagai perpindahan dari satu situasi yang tidak baik ke situasi yang lebih baik. two. Kenapa Rasulullah Melakukan Hijrah? Ilustrasi pemandangan kota Makkah pada abad ke xi Masehi. Foto Ihram Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW didorong oleh beberapa faktor. Pertama, ketiadaan bantuan dan perlindungan dari sanak familinya, yaitu setelah wafatnya Abu Thalib. Kedua, beralihnya tampuk kepemimpinan Bani Hasyim ke tangan Abu Lahab yang sama sekali menolak memberi perlindungan kepada Nabi Muhammad SAW. Ketiga, besarnya tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy terhadap kaum Muslimin. Dan kelima, kesediaan penduduk Madinah untuk menerima Rasulullah SAW dan membantu beliau menyiarkan Islam. three. Proses Hijrah Nabi Muhammad SAW Gua Tsur Foto Islami Menurut Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya mengenai Hijrah dalam Pandangan Al-Quran, sebelum terjadinya hijrah, Nabi Muhammad SAW telah lebih dahulu mendapat petunjuk dari Allah SWT melalui mimpinya. Imam Muslim mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku melihat dalam tidur bahwa aku berhijrah dari Makkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau Hajar? Namun, ternyata, itulah Kota Yatsrib.” Shahih Muslim 2272. Menindaklanjuti petunjuk tersebut, Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabatnya untuk segera berhijrah dan dilakukan secara bergelombang, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Sedangkan Nabi Muhammad SAW akan segera menyusul setelah semua umat Islam berhijrah ke Madinah. Hal ini dilakukan karena Rasulullahi memahami bahwa yang dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy adalah diri Beliau dan bukan kaum Muslimin. Kaum Quraisy berusaha menghalangi hijrah Nabi Muhammad SAW dengan menyiapkan strategi penangkapan terhadap Rasulullah SAW. Namun, rencana tersebut telah lebih dahulu diketahui oleh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pun memutuskan untuk menempuh rute jalan yang berbeda dari jalur yang biasa digunakan penduduk Makkah ketika hendak ke Madinah dan berangkat pada waktu yang tidak biasa, yakni sebelum fajar menyingsing. Perjalanan hijrah Rasulullah diawali dengan mengambil jalur menuju Gua Tsur yang berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah, sedangkan Madinah justru berada di sebelah utara Makkah. Keputusan ini diambil guna mengelabui kafir Quraisy yang berusaha mengejar dan menangkap Nabi Muhammad SAW. Di Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari. Barulah setelah itu Rasulullah melanjutkan perjalanan hijrahnya menuju Madinah. iv. Hikmah dari Perjalan Hijrah Nabi Muhammad SAW Ilustrasi berdakwah. Foto IB Times Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW sejatinya bukan sekedar perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang memiliki hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik sebagai umatnya. Beberapa pelajaran tersebut adalah sebagai berikut 1. Jika di suatu tempat terjadi kemunkaran dan umat Islam tidak mampu untuk mengubah kemunkaran tersebut, maka hendaknya ia tidak berdiam diri dan segera meninggalkan tempat itu. Namun, bila upaya perbaikan masih bisa diusahakan walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa untuk bertahan di tempat tersebut dan beriktiar menumpas kemunkaran. 2. Selama berlangsungnya hijrah, Rasulullah SAW telah menunjukkan betapa rapinya Beliau dalam merancang dan menjalankan strategi dakwah. Meskipun dakwah ini pasti mendapat pertolongan dari Allah SWT tetapi Rasulullah SAW tetap menjalani semua sunnatullah hukum sebab akibat dalam keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya. 3. Kegigihan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah terlihat jelas melalui usaha Beliau dalam mencoba berbagai inovasi baru dalam disertai dengan alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya. 4. Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah SAW sangat bertanggung jawab dan memikirkan umatnya. Segala cara Beliau upayakan agar umatnya terhinar dari siksaan dan provokasi pihak lain. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pula yang paling terakhir keluar dari Makkah setelah semua umat Islam selamat dalam hijrahnya menuju Madinah. miftah/ harapanamalmulia Sumber Republika, Ihram Hijrah merupakan peristiwa yang sangat penting bagi umat islam. Peristiwa Hijrah adalah penanda dibentuknya peradaban Islam di kota Madinah. Banyak hikmah yang dapat dipelajari dari peristiwa hijrah tersebut, sehingga sebagai umat muslim kita sudah selayaknya mengetahuinya. Makna Hijrah Hijrah, dalam kamus Al-Munawir Arab Indonesia, berarti pindah ke negeri lain, hijrah dan migrasi. Kata ini berasal dari kata dasar hajara-yahjuru yang berarti memutuskan dan meninggalkan. Sementara Kamus Besar Bahasa Republic of indonesia dalam bentuk nominal hijrahdiartikan dengan perpindahan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah. Dan dalam bentuk exact, berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu keselamatan, kebaikan, dan sebagainya. Hijrah adalah istilah yang sudah lama berkembang dalam kepustakaan Islam. Hal ini disebabkan karena sebutan hijrah itu mempunyai makna tersendiri lebih dari sekedar harfiyahnya. Hijrah membawa akibat yang sangat jauh dalam pemantapan ajaran Islam dilihat dari segi sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Demikian jelas Ishom El Saha dalam Sketsa Al-Qur’an. Perpindahan ini bukan sekedar peralihan dari satu daerah ke daerah lainnya tetapi mengambil makna perpindahan dari satu situasi yang tidak baik ke situasi yang lebih baik. Demikian tulisnya lebih lanjut. Dari pengertian hijrah di atas, maka ada dua makna yang dapat diambil, yaitu hijrah makani perpindahan tempat, yakni dalam konteks fisik dan hijrah ma’nawi, yakni pada konteks non fisik. Peristiwa Hijrah Kapankah tepatnya beliau hijrah ke Madinah? Beragam informasi dijumpai pada kitab-kitab tarikh tentang peristiwa itu. Imam at-Thabari dan Ibnu Ishaq menyatakan, “Sebelum sampai di Madinah waktu itu bernama Yatsrib, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam singgah di Quba pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 13 kenabian atau 24 September 622 M waktu Dhuha sekitar jam atau Di tempat ini, beliau tinggal di keluarga Amr bin Auf selama empat hari hingga hari Kamis 15 Rabi’ul Awwal atau 27 September 622 M dan membangun masjid pertama; Masjid Quba. Pada hari Jumat xvi Rabi’ul Awwal atau 28 September 622 1000, beliau berangkat menuju Madinah. Di tengah perjalanan, ketika beliau berada di Bathni Wadin lembah di sekitar Madinah milik keluarga Banu Salim bin Auf, datang kewajiban Jum’at dengan turunnya ayat ix surat al-Jum’ah. Maka Nabi shalat Jum’at bersama mereka dan khutbah di tempat itu. Inilah shalat Jum’at yang pertama di dalam sejarah Islam. Setelah melaksanakan shalat Jum’at, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Keterangan di atas menunjukkan bahwa Nabi tiba di Madinah pada hari Jum’at 16 Rabi’ul Awwal atau 28 September 622 M. Sedangkan ahli tarikh lainnya berpendapat hari Senin 12 Rabi’ul Awwal atau 5 Oktober 621 Grand, namun ada pula yang menyatakan hari Jum’at 12 Rabi’ul Awwal atau 24 Maret 622 M. Terlepas dari perbedaan tanggal dan tahun, baik hijriyah maupun masehi, namun para ahli tarikh semuanya bersepakat bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, bukan bulan Muharram awal Muharram ketika itu jatuh pada tanggal xv Juli 622 M. Faktor Hijrah Ada tiga peristiwa hijrah yang terjadi pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hijrah pertama pada bulan Rajab tahun ke lima setelah kenabian, ke Habasyah, dilaksanakan oleh sekelompok sahabat yang terdiri dari dua belas orang laki-laki dan orang wanita, yang dipimpin Ustman bin Affan. Hijrah ini didorong oleh berbagai tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy sejak pertengahan atau akhir tahun keempat kenabian, terutamu diarahkan kepada orang-orang yang lemah. Hari demi hari dan bulan demi bulan tekanan mereka semakin keras hingga pertengahan tahun kelima, sehingga Makkah terasa sempit bagi orang-orang Muslim yang lemah itu. Mereka mulai berpikir untuk mencari jalan keluar dari siksaan yang pedih ini. Dalam kondisi yang sempit dan terjepit ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan beberapa orang Muslim hijrah ke Habasyah, melepaskan diri dari cobaan sambil membawa agamanya. Habasyah atau sekarang Ethiopia suatu daerah di ujung Utara Afrika, merupakan daerah yang dikuasai oleh seorang raja yang adil bernama Ashamah An-Najasyi, tidak akan ada seorang pun teraniaya di sisinya. Peristiwa hijrah kedua pada bulan Syawwal tahun kesepuluh setelah kenabian, ke Tha’if, suatu daerah di sebelah tenggara Makkah, dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri dengan berjalan kaki bersama sahabat Zaid bin Haritsah. Hijrah ini dilaksanakan setelah terjadi dua peristiwa besar yang berpengaruh pada diri Rasullah, khususnya dan orang-orang Muslim pada umumnya, yaitu meninggalnya Abu Thalib, paman beliau. Abu Thalib benar-benar menjadi benteng yang ikut menjaga dakwah Islam dari serangan orang-orang yang sombong dan dungu. Peristiwa meninggalnya Abu Thalib ini terjadi pada bulan Rajab tahun kesepuluh dari kenabian. Kira-kira tiga bulan berselang setelah meninggalnya Abu Thalib, istri Rasulullah, Ummul Mukminin Khadijah Al-Kubra meninggal dunia pula, tepatnya pada bulan Ramadhan pada tahun kesepuluh setelah kenabian. Dua peristiwa ini menorehkan perasaan duka dan lara di hati Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Belum lagi cobaan yang dilancarkan kaumnya, karena dengan kematian keduanya mereka semakin berani menyakiti dan mengganggu beliau. Sehingga beliau hampir putus asa menghadapi mereka. Untuk itu beliau pergi ke Tha’if, dengan setitik harapan mereka, penduduk Tha’if, berkenan menerima dakwah atau minimal mau melindungi dan mengulurkan pertolongan dalam menghadapi kaum beliau. Sebab beliau tidak lagi melihat seseorang yang bisa memberi perlindungan dan pertolongan. Tetapi mereka menyakiti beliau secara kejam, yang justru tidak pernah beliau alami sebelum itu dari kaumnya. Karena penderitaan yang bertumpuk-tumpuk pada tahun itu, maka beliau menyebutnya sebagai Amul-huzni’ Tahun Duka Cita, sehingga julukan ini pun terkenal dalam sejarah. Peritistiwa hijrah ketiga menurut Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri terjadi pada tahun ke-14 setelah kenabian, ke Madinah sebelumnya disebut Yatsrib, yang jaraknya kurang-lebih 400 kilometer dari Makkah, dilakukan secara bergelombang. Diawali oleh Abu Salamah Radhiyallahu Anhu, kemudian diikuti oleh Mush’ab bin Umair Radhiyallahu Anhu, lalu disusul oleh para sahabat lainnya. Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri meninggalkan rumah beliau pada malam hari tanggal 27 Shafar menuju rumah sahabat sejatinya, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Lalu mereka berdua meninggalkan rumah dari pintu belakang untuk keluar dari Makkah secara tergesa-gesa sebelum fajar menyingsing. Di antara hal yang mendorong Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk hijrah ke Madinah adalah ketiadaan bantuan dan perlindungan dari sanak familinya, yaitu setelah wafatnya Abu Thalib dan tampuk kepemimpinan Bani Hasyim beralih ke tangan Abu Lahab yang sama sekali menolak memberi perlindungan kepada beliau. Di samping itu juga, kesediaan penduduk Madinah untuk menerima Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan membantu beliau menyiarkan Islam. Setelah hijrah ke Madinah, posisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan sendirinya mengalami perubahan dan perkembangan. Kalau di Makkah beliau hanya berfungsi sebagai Rasul yang mengajak manusia mengesakan Allah ta’ala, sementara di Madinah beliau berperan tidak hanya sebagai sebagai Rasul tetapi sebagai pemimpin suatu masyarakat. Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa hijrah, antara laini. Hendaknya selalu berusaha mengubah kemunkaran sekuat tenaganya, dan jika tidak mampu maka hendaknya meninggalkan tempat kemunkaran itu dan tidak berdiam di tempat kemunkaran atau kemaksiatan tersebut. Tetapi selama usaha perubahan masih dapat dilakukan walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa berdiam di sana sambil terus mengupayakan perbaikan. 2. Betapa rapinya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam merancang dan membuat “program” dakwah. Walaupun dakwah ini pasti akan ditolong oleh Allah Ta’ala dan beliau adalah seorang Rasul yang dijamin tidak akan dicelakai dan tidak akan dapat dikalahkan, tetapi beliau tetap menjalani semua sunnatullah hukum sebab akibat dalam keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya. 3. Betapa luar biasanya usaha yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang selalu mencoba berbagai inovasi baru dalam dakwahnya. Terobosan-terobosan yang beliau lakukan ini nampak dari pemilihan berbagai tempat beserta alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya. 4. Sebagai pemimpin, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sangat memikirkan masyarakatnya. Segala cara beliau usahakan agar para sahabatnya tidak disiksa dan diprovokasi oleh pihak lain. Beliau pula yang paling akhir keluar dari Makkah setelah semua sahabatnya selamat. Dan mestinya masih banyak lagi i’tibar atau pelajaran yang dapat dipetik darinya. Semoga ulasan singkat ini bisa menjadi penggugah untuk memulai langkah awal menuju yang baik dan yang lebih baik. Amin. Sumber