Jelaskanhubungan antara presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka menjalankan hak legislasi berdasarkan ketentuan UUD NRI Tahun 1945! hari ini Bu Kiki dan Bu Tiwi selaku tergugat atas kasus pendistribusian informasi elektronik bermuatan pemerasan dan pengancaman menghadiri sidang dengan agenda pembacaan putusan keputusan
IndischeVereeninging merupakan organisasi pelajar dan mahasiswa Indonesia di Belanda yang didirikan oleh R.N. Noto Suroto pada tahun 1908. Kemudian pada 1922 ketika nasionalisme Indonesia berkembang, Indische Vereeniging mengubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Perhimpunan Indonesia merupakan pelopor gerakan nasionalis Indonesia
Dengandemikian penggunaan kata Indonesia secara politis mulai dipakai sejak tahun 1922, untuk menggantikan nama 'Hindia Belanda'. Sejak berubahnya nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging tahun 1922, organisasi Indonesische Vereeniging semakin berhaluan politik. Untuk pertama kali kata Indonesische dimaknai secara politis.
Pada1926, Mohammad Hatta diangkat menjadi ketua Perhimpunan Indonesia/Indische Vereeniging. Di bawah kepemimpinannya, PI memperlihatkan perubahan. Perhimpunan ini lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia dengan memberikan banyak komentar di media massa di Indonesia. Semaun dari PKI datang kepada Hatta sebagai pimpinan PI untuk menawarkan pimpinan pergerakan
Alamat: Gd. Pusbindiklatren Bappenas Jln. Proklamasi No. 70, Menteng, Telepon/Fax : 021- 31928284. Email : Info at perencanapembangunan.or.id
Perkumpulanyang lainnya dibentuk berdasarkan daerah yang ada, antara lain Jong Minahasa, Jong Celebes, dan Jong Ambon. Perkumpulan ini kemudian berfusi dalam Indonesia Muda. Di samping itu juga muncul Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), pada 1925, oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung. Tujuan PPPI adalah kemerdekaan tanah air Indonesia
SekolahTinggi Teknik, Bandung. Pembahasan: Indische Vereeniging merupakan organisasi pergerakan nasional yang dibentuk oleh mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda pada 22 Desember 1908. Tokoh Indische Vereeniging R.P. Sosrokartono, R. Husein Djajadiningrat, R.N. Noto Suroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro
Indische Partij atau Partai Hindia adalah partai politik pertama di Hindia Belanda yang berdiri di Bandung pada 25 Desember 1912. Partai ini didirikan oleh tiga tokoh bersejarah yang disebut sebagai Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Suwardi Suryaningrat.. Tiga serangkai membentuk partai ini karena menginginkan adanya kerja sama antara orang
VlGyIvE. - Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI adalah perkumpulan dari para mahasiswa di Jakarta dan Bandung yang terbentuk sebelum Sumpah Pemuda. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia didirikan pada tahun 1926, tepatnya pada bulan September. Organisasi inilah yang menjadi penggagas dilaksanakannya Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah sejarah singkat PPPI. Baca juga Tujuan Sumpah Pemuda Kenapa PPPI dibentuk? Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI sebenarnya telah ada sejak PPPI baru diresmikan pada September 1926 di Jakarta, guna mewujudkan persatuan di kalangan para pemuda. PPPI dibentuk oleh beberapa mahasiswa Rechtshoogeschool sekolah tinggi hukum dan Stovia sekolah kedokteran, seperti Soegondo Djojopoespito, Suwiryo, Sigit, Suryono, dan Susalit. Tujuan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mencapai kemakmuran bangsa melalui pemerataan hak serta ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, PPPI menginginkan adanya persatuan di kalangan pemuda, sehingga paham kedaerahan dapat dihilangkan. Sejak awal pembentukannya, PPPI berupaya menyatukan berbagai organisasi kepemudaan melalui fusi.
DESI PURNAMA INDAH Organisasi Perhimpunan Indonesia PI didirikan oleh para mahasiswa Indonesia di Belanda pada tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging. Organisasi ini bersifat sosial. Sementara itu bermunculan pula organisasi lain yang ada hubungan dengan Indonesia di negeri Belanda, sehingga kebutuhan akan suatu federasi sangat dirasakan. Atas prakarsa Dr. Yap, Dr. Laboor, Suwardi Suryaningrat dan Ratulangi kemudian didirikan federasi yang bernama De Vrije Gedachte Pikiran Bebas. Pada bulan Nopember 1917 federasi ini diberi nama baru, yaitu Indonesisch Verbond van Studeerenden. Ini adalah organisai pertama yang memakai nama Vereeniging merupakan anggota dari Verbond yang paling besar jumlah anggotanya.[1] Perselisihan etnik antar kelompok di bawah Verbond akhirnya mengakibatkan dibubarkannya Indonesisch Verbond van Studeerenden pada bulan Juni 1922. Setelah bubarnya organisasi tersebut, Indische Vereeniging lebih diperkuat lagi dengan masuknya mahasiswa yang baru tiba dari Indonesia, seperti Subarjo Djojoadisurjo, Iwa Kusumasumantri, Muhammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, dan Sunaryo. Mereka ini telah aktif dalam organisasi pemuda selama di Indonesia. Pada tahun 1922 nama Indische Vereeniging diganti menjadi Indonesische Vereeniging. Jurnalnya yang semula bernama Hindia Putra, pada tahun 1924 diganti menjadi Indonesia Merdeka. Indonesische Vereeniging merupakan organisasi kedua yang memakai nama Indonesia. Pada tahun 1925 nama Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Menurut Akira Nagazumi, dipakainya kata Indonesia oleh anggota-anggota Perhimpunan Indonesia malah memberikan prioritas tertinggi pada isinya, "orang-orang Indonesia" yang menurut anggapan mereka menunjukkan hanya penduduk asli kepulauan, tidak termasuk orang-orang Belanda, Tionghoa dan unsur-unsur asing lainnya.[2] Ada 4 pokok pikiran dalam ideologi Perhimpunan Indonesia yang dikembangkann sejak permulaan tahun 1925. Keempat pokok pikiran itu selanjutnya menjadi asas perjuangan PI, yaitu Kesatuan Nasional, yaitu perlunya mengesampingkan perbedaan-perbedaan berdasarkan daerah dan perlu dibentuk suatu kesatuan aksi melawan Belanda untuk menciptakan negara kebangsaan yang merdeka dan besatu. Solidaritas, yaitu perlu disadari adanya pertentangan kepentingan yang mendasar antara penjajah dan yang dijajah dan kaum nasionalis harus mempertajam konflik antara antara orang kulit puith dan sawo matang. Non-kooperasi, yaitu kemerdekaan harus direbut oleh bangsa Indonesia dengan kekuatan sendiri karena itu tidak perlu mengindahkan dewan perwakilan kolonial seperti Volksraad. Swadaya, yaitu dengan mengandalkan kekuatan sendiri perlu dikembangkan suatu struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi dan hukum yang kuat berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi Pikiran-pikiran pokok tadi disebarkan melalui majalah Indonesia Merdeka yang beredar pula di Indonesia. Dalam salah satu artikel, dimuat pula tiga pokok strategi melawan penjajah Belanda, yaitu Politik devide et impera kaum penjajah harus dilawan dengan persatuan yang kokoh Politik memperbodoh rakyat harus dilawan dengan usaha pendidikan Politik asosiasi mempersatukan hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dipersatukan harus dilawan dengan sikap non-kooperasi yang tegas. Ide-ide perjuangan Perhimpunan Indonesia disebarluaskan di Indonesia oleh mahasiswa-mahasiswa yang kembali ke Indonesia setelah menamatkan studinya di negeri Belanda. Karena pengaruh mereka itulah, maka berdiri PPPI di Batavia pada tahun 1926 yang kemudian memprakarsai Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda. Lokasi sosial historis para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Negeri Belanda menciptakan kondisi yang berasal dari keluarga baik-baik, bahkan sebagian besar mula-mula dari kalangan aristokrasi. Mereka memperoleh kesempatan yang langaka untuk belajar di perguruan tinggi Negeri Belanda yang penuh prestise itu. Lebih- lebih mereka berada di lingkungan sosial-politik yang berlaianan sekali dengan apa yang dikenal di Indonesia., yaitu dimana ada kebebasan leluasa untuk berbicara, berkumpul, dan berapat tanpa ada kekhawatiran akan tindakan pemerintah dan kepolisian. Tambahan pula mereka ada dalam posisi untuk mengadakan kontak yang luas dengan dunia Internasional, serta mnegenal secara lebih mendalam berbagai Ideologi modern, khususnya nasionalisme serta sering pula sosialisme dan marxisme. Disamping itu perlu diperhatikan pula bahwa hidup didalam kelompok kecil ditengah –tengah masyarakat asing dengan sendirinya mendorong orang kearah keakraban sehingga ada banayak kesempatan yang berkumpul,bergaul tanpa garis pemisah etnik,berkomunikasi banyak tentang permasalahan dari keadaan tanah air,dan sudah barang tentu tentang hal ikhwal pergerakan nasional. Status para anggota PI sebagai mahasiswa membawa posisi pada ikatan sosial-politik tertentu, lagi pula mereka belum mempunyai kepentingan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai estabilishment. Sebagaia kaum intelektual mereka mampu menumbuhkan kesadaran yang tinggi ,baik mengenai status serta peranan yang diharapkan dari mereka maupun tentang perkembangan nasionalisme dalam hubungannya dengan situasi politik Indonesia dan di luar negeri. Dari mereka dapat diharapkan diagnosis yang tepat mengenai masalah perjuanagan nasional melawan kolonialisme, sehingga berbagai strategi dapat disusun untuk memeberi arah yang lebih analaisis tantang peranana PI lebih lanjut perlu diarahkan dua factor yang turut menetukan orientasinya yaitu 1. Sebagai unsur yang berasal dari kalangan aristokrasi, mereka menyadari bahwa generasi tua diperalat oleh penguasa colonial untuk menekan dan mengeksploitasi rakyat sendiri, suatu perana yang dimata mereka tidak pantas dan tidak akan mereka jalankan 2. Suatu ironi dalam perkembangan elite disini ialah bahw apa yang dicita-citakan oleh generasi tua justru dicemooh oleh generasi muda yang sekaligus menjadi counter elite. Dalam konteks colonial yang menarik ialah bahwa justru di konstinuitas ideology mengakibatkan kontinuitas golongan atau kelompok. Sikap kelompok para anggota PI dipengaruhi kesempatan yang leluasa untuk berkontak secara intensif dan terus menerus dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional yang mengalami pembuanagan di Negeri Belanda, sehinggga dengan sendirinya membawa orientasi radikal atau paling sedikit progresif , seperti kehadiran Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, Suwardi Soerjaningrat dalam tahun belasan, kemudian Semaoun, Darsono dalam tahun dua puluhan. Pengalaman tokoh –tokoh itu tidak hanya secara langsung menambah informasi tentang keadaaan perjuangan, tetapi pengaruh yang memancar dari tokoh-tokoh dengan kepribadian serta kepemimpinan yang menonjol memeberi inspirasi yang lebih besar kepada para mahasiswa sehingga kerelaan untuk menderita karenanya tidak luput meninggalakan kesan yang mnedalam pada pribadi deklarasi prinsip-prinsipnya, PI sekaligus memainkan peranan sebagai barisan depan pergerakan nasional. Bertolak dari paham bahwa pada hakikatnya sistem colonial mengandung pertentangan kepentingan antara penjajah dan yang diajajah, maka dalam perjuangan nasional pertentangan itu perlu dipertajam dan ditekankan. Tercakup dalam paham ini ialah gagasan nonkooperasi dan swadaya . Dalam perjuangan ini seluruh rakyat Indonesia dari segala lapisan perlu bersatu untuk mencapai tujuan bersama. Uuntuk mengatasi akibat demoralisasi yang dilakukan oleh penjajah maka perlu ditingkatkan kehidupan materil dan spiritual bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip yang fundamental serta sangata luas cakupannya itu menempatkan PI diatas organisasi-organisasi lainnya. Identifikasi masalah colonial secara tegas dan tajam memungkinkan PI merumuskan tujuan politiknya yang radikal dan refolusioner . konsekuensi dari titik pendirian itu ialah bahwa pergerakan nasioal dengan tegas menepuh haluan politik. Tambahan pula solidaritas nasional yang duhimbaunya memperkuat kedudukan PI sebagai pemegang kepemimpinan gerakan. Maka dari itu sejak awal otoritas nya dikalangan pelbagai organisasi cukup besar. Kewibawaan Pi itu terbukti dari langakah PKI untuk membuat kontrak politik dengan Pi yang menentukan bahwa 1. PKI mengakui dan tunduk kepada pimpinan PI serta berjanji tidak melakukan oposisi terhadap usaha-usaha PI; 2. PI sebagai partai nasional bertanggung jawab penuh atas perjuangan nasional. Tetapi ternyata kemudian kontrak itu ditiadakan oleh semaoen pada tahun 1926. Juga dikalangan internasional, PI mula- mula maminkan peranannya serta melakukan propaganda bagi perjuanagn melawan kolonialisme dan imperialism, antara lain dengan menghadiri pertemuan dari perkumpulan study peradaban di Paris 1925 dan kemudian rapat liga anti kolonilaisme di Brussel 1927. Terutama lewat kontaknya dengan liga tersebut diatas dapatlah PI melakukan propaganda diluar negeri , antara lain dengan tujuan agar gambaran perjuangan Indonesia tidak hanya dikenal, tetapi juga dimengerti bahwa bangsa Indonesia mampu menjalankan pemerintahannya sendiri. Suatu kontak yang sangat penting ialah dengan All Indian National Congress yang memegang peranan penting dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kolinialisme Inggris. [4] Daftar Pustaka [1]Akira Nagazumi. 1976. Indonesia dan "Orang-orang Indonesia" dalam Indonesia dalam Masalah dan Peristiwa, Bunga Rampai. Jakarta Yayasan Obor Indonesia, hal. 13 [2]John Ingleson. 1983. Jalan ke Pengasingan Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun [3]Kompas, Minggu, 24 Oktober 1982, hal. IX [4] Kartodirjo Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 149-150.